gambar

gambar
gambar apikk

Sabtu, 11 Mei 2013

teknik Sampling

TEKNIK SAMPLING STATISTIK
(OLEH ZAKKI NEW)


Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Beberapa Istilah dalam Sampling yaitu :
Populasi : kumpulan lengkap objek pengamatan yg jadi pusat perhatian penelitian (orang, perusahaan, toko, bank, rumah sakit, daerah dll)
Sensus : proses investigasi mengamati semua anggota populasi penelitian. Sampling: Proses mengamati sebagian objek pengamatan.
Contoh (sample) : sebagian dari anggota populasi yg diamati
Tujuan sampling utk menyimpulkan (melakukan inferensia) karakteristik populasi berdasarkan karakteristik contoh.  àmetode statistika inferensia (statistical inference).
Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu,
1.      Sampel acak  atau random sampling/probability sampling,
adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel.
2.      Sampel tidak acak Nonrandom sampling atau nonprobability sampling,
Yaitu setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).

A.    Pada sampel acak (random sampling) dibabagi menjadi menjadi :
1)      Simple Random Sampling
Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang dipilih dari populasi dianggap random bila unsur yang terdapat dalam populasi tersebut memiliki probabilita yang sama untuk terpilih. Sampling bersifat random akan memberikan hasil yang memuaskan bila populasi dari mana sampel tersebut dipilih benar-benar bersifat sama jenis (homogen). [1]
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya.
Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Prosedurnya :
1.      Susun “sampling frame”
2.      Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3.      Tentukan alat pemilihan sampel
Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
2)      Stratified Random Sampling / sample bertingkat
Yaitu sebuah populasi yang terdiri dari bermacam-macam, karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini.
Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak
Bila stratum-stratum dapat dirumuskan secara baik dan dapat diukur secara tepat, maka sampel random bertingkat lebih berguna daripada sampel random sederhana karena sampelnya umumnya lebih representatif. Selain itu, bila jumlah samplenya tidak besar, maka sampel bertingkat umumnya lebih representatif daripada sampel random sederhana[2]

3)      Area Sampling/ sampel Luas
Prosedul sampelnya menggunakan lokasi geografis sebagai dasarnya.
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat.
Prosedurnya :
1.      Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2.      Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.      Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4.      Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
5.      Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

B.     Pada nonprobability sampling
Sampling nonprobabilitas merupakan pemilihan sampel yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga dengan tipe sampling nonprobability ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai anggota sampel.
Nonprobability sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang timbul dalam menerapkan teknik probability sampling, terutama untuk mengeliminir biaya dan permasalahan dalam pembuatan sampling frame (kerangka sampel).
Pemilihan nonprobability sampling ini dilakukan dengan pertimbangan:
1)      Penghematan biaya, waktu dan tenaga; dan  
2)      Keterandalan subjektivitas peneliti (pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang dipilih sebagai sampel).

Nonprobability sampling terdiri atas :
1)      Sampling sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.  Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25
2)      Sampling Kuota
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3)      Sampling Aksidental
Sampling Aksidental dikenal juga convenience sampling Pada convenience sampling (sampling kemudahan), sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya, maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Dengan kata lain sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa kriteria peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan sampel.
Dengan demikian teknik sampling ini digunakan ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi tidak dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik penarikan sampel convenience. Teknik sampling convenience/sampling aksidental adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan menurut peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya adalah dapat dikumpulkan data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah. Kelemahan utama teknik sampling ini jelas yaitu kemampuan generalisasi yang amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.

4)      Purposive Sampling
Teknik penelitian atau dikenal juga sebagai teknik penarikan sampel purposif ini dilakukan dengan cara memilih sampel dari suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia serta sesuai dengan penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat dipertanggungjawabkan.
Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada sedikit orang yang mempunyai keahlian (expertise) di bidang yang sedang diteliti.

5)      Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai sampel.

6)      Snowball Sampling
merupakan salah satu bentuk  judgement sampling yang sangat tepat digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara pengambilan sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin lama sampel menjadi semakin besar, seperti bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini diakibatkan kenyataan bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling ini, responden yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden lainnya sampai diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan spesifikasi/spesialisasi yang sama karena biasanya mereka saling mengenal.




[1] Anto Dajan. Pengantar Metode Statistik Jilid 1 (Jakarta : LP3ES, 1981), hlm. 20
[2] [2] Anto Dajan. Pengantar Metode Statistik Jilid 1 (Jakarta : LP3ES, 1981), hlm. 22