TEKNIK SAMPLING STATISTIK
(OLEH ZAKKI NEW)
Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya
tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan
kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus.
Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus
melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti
keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian
dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
Beberapa Istilah dalam Sampling yaitu :
Populasi : kumpulan lengkap
objek pengamatan yg jadi pusat perhatian penelitian (orang, perusahaan, toko,
bank, rumah sakit, daerah dll)
Sensus : proses investigasi
mengamati semua anggota populasi penelitian. Sampling: Proses mengamati sebagian objek pengamatan.
Contoh (sample) : sebagian dari anggota
populasi yg diamati
Tujuan sampling utk menyimpulkan (melakukan
inferensia) karakteristik populasi berdasarkan karakteristik contoh. àmetode statistika inferensia (statistical inference).
Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel
Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan
sampel yaitu,
1.
Sampel
acak atau random
sampling/probability
sampling,
adalah cara pengambilan sampel yang memberikan
kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika
elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka
setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi
sampel.
2.
Sampel
tidak acak Nonrandom sampling atau nonprobability sampling,
Yaitu setiap
elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel.
Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah
peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya
kemungkinannya 0 (nol).
A.
Pada sampel acak (random sampling) dibabagi menjadi menjadi :
1)
Simple Random Sampling
Sebuah sampel yang terdiri dari unsur-unsur yang
dipilih dari populasi dianggap random bila unsur yang terdapat dalam populasi
tersebut memiliki probabilita yang sama untuk terpilih. Sampling bersifat
random akan memberikan hasil yang memuaskan bila populasi dari mana sampel
tersebut dipilih benar-benar bersifat sama jenis (homogen). [1]
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika
analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan
karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen populasi tidak merupakan hal yang penting bagi
rencana analisisnya.
Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria,
atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan
perbedaan-perbedaan lainnya. Selama
perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan
lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel
secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel.
Prosedurnya :
1.
Susun
“sampling frame”
2.
Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
3.
Tentukan
alat pemilihan sampel
Pilih sampel sampai dengan
jumlah terpenuhi
2)
Stratified Random Sampling / sample bertingkat
Yaitu sebuah populasi yang
terdiri dari bermacam-macam, karena unsur populasi berkarakteristik
heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada
pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara
ini.
Misalnya, seorang peneliti
ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga
bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan
perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus
terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah.
Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan
memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas,
manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel
secara acak
Bila stratum-stratum dapat
dirumuskan secara baik dan dapat diukur secara tepat, maka sampel random
bertingkat lebih berguna daripada sampel random sederhana karena sampelnya
umumnya lebih representatif. Selain itu, bila jumlah samplenya tidak besar,
maka sampel bertingkat umumnya lebih representatif daripada sampel random
sederhana[2]
3)
Area Sampling/ sampel Luas
Prosedul sampelnya
menggunakan lokasi geografis sebagai dasarnya.
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan
pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah.
Misalnya, seorang marketing manajer sebuah
stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas
sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat
tepat.
Prosedurnya :
1.
Susun sampling frame yang menggambarkan peta
wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2.
Tentukan
wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.
Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya.
4.
Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara
acak atau random.
5.
Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang
harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
B.
Pada nonprobability sampling
Sampling nonprobabilitas merupakan pemilihan
sampel yang dilakukan dengan pertimbangan-pertimbangan peneliti, sehingga
dengan tipe sampling nonprobability
ini membuat semua anggota populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
dipilih sebagai anggota sampel.
Nonprobability
sampling dikembangkan untuk menjawab kesulitan yang
timbul dalam menerapkan teknik probability
sampling, terutama untuk mengeliminir biaya dan permasalahan dalam
pembuatan sampling frame (kerangka
sampel).
Pemilihan nonprobability sampling ini dilakukan
dengan pertimbangan:
1)
Penghematan
biaya, waktu dan tenaga; dan
2) Keterandalan subjektivitas peneliti
(pengetahuan, kepercayaan dan pengalaman seseorang seringkali dijadikan
pertimbangan untuk menentukan anggota populasi yang dipilih sebagai sampel).
Nonprobability
sampling terdiri atas :
1)
Sampling sistematis
Jika peneliti
dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil
data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara
ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis,
yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam,
yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa
dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah.
Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara
sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25
2)
Sampling Kuota
Teknik sampel ini adalah
bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih
secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor
terdapat pegawai laki-laki 60% dan
perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari
kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki
sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik
pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan
secara kebetulan saja.
3)
Sampling Aksidental
Sampling Aksidental
dikenal juga
convenience sampling Pada convenience sampling (sampling
kemudahan), sampel diambil berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja
yang secara tidak sengaja bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan
karakteristiknya, maka orang tersebut dapat dijadikan sampel. Dengan kata lain
sampel diambil/terpilih karena ada ditempat dan waktu yang tepat. Tanpa
kriteria peneliti bebas memilih siapa saja yang ditemuinya untuk dijadikan
sampel.
Dengan demikian teknik sampling ini digunakan
ketika peneliti berhadapan dengan kondisi karakteristik elemen populasi tidak
dapat diidentifikasikan dengan jelas, maka teknik penarikan sampel convenience. Teknik sampling convenience/sampling aksidental adalah
teknik penarikan sampel yang dilakukan karena alasan kemudahan atau kepraktisan
menurut peneliti itu sendiri. Dasar pertimbangannya adalah dapat dikumpulkan
data dengan cepat dan murah, serta menyediakan bukti-bukti yang cukup melimpah.
Kelemahan utama teknik sampling ini jelas yaitu kemampuan generalisasi yang
amat rendah atau keterhandalan data yang diperoleh diragukan.
4)
Purposive Sampling
Teknik penelitian atau dikenal juga sebagai
teknik penarikan sampel purposif ini dilakukan dengan cara memilih sampel dari
suatu populasi didasarkan pada informasi yang tersedia serta sesuai dengan
penelitian yang sedang berjalan, sehingga perwakilannya terhadap populasi dapat
dipertanggungjawabkan.
Teknik ini digunakan terutama apabila hanya ada
sedikit orang yang mempunyai keahlian (expertise) di bidang yang sedang
diteliti.
5)
Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel
bila anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan bila
jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30 orang, atau penelitian yang
ingin membuat generalisasi dengan kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain
sampling jenuh adalah sensus, dimana semua anggota populasi dijadikan sebagai
sampel.
6)
Snowball Sampling
merupakan salah satu bentuk judgement sampling yang
sangat tepat digunakan bila populasinya kecil dan spesifik. Cara pengambilan
sampel dengan teknik ini dilakukan secara berantai, makin lama sampel menjadi
semakin besar, seperti bola salju yang menuruni lereng gunung. Hal ini
diakibatkan kenyataan bahwa populasinya sangat spesifik, sehingga sulit sekali
mengumpulkan sampelnya. Pada tingkat operasionalnya melalui teknik sampling
ini, responden yang relevan di interview, diminta untuk menyebutkan responden
lainnya sampai diperoleh sampel sebesar yang diinginkan peneliti, dengan
spesifikasi/spesialisasi yang sama karena biasanya mereka saling mengenal.